Minggu, 03 Juni 2012

Just Like Mine

Semalam aku maen-maen dulu ke kost Ana setelah makan mie setan rame-rame. Disana aku cerita-cerita banyak sama Ana. Dia cerita soal her ex’s. Mendengar ceritanya, entah kenapa aku kemudian teringat dengan ceritaku dengan Mon, entah kenapa aku seperti mendengar diriku sendiri bercerita padaku. Nggak, aku nggak akan menceritakan masalah Ana dan her ex’s disini. Aku akan cerita ceritaku dengan Mon aja. :) 
*** 
Pada awalnya aku merasa sangat bahagia menjadi pacar Mon. aku pacar pertamanya, dan dia juga pacar pertamaku. Lebih lagi dia adalah cinta pertamaku dan aku mengenalnya sejak 6 tahun sebelum kami jadian dan kami juga telah bersama sejak itu. 
Mon adalah cowok paling keren di sekolah saat itu. Mon sangat tampan, baik hati, pintar, dan tentunya memiliki banyak penggemar. Aku bingung kenapa Mon memilihku sebagai pacarnya, tapi yang kutahu banyak sekali cewek-cewek yang menyukai Mon tidak menyukaiku karena Mon menjadikanku pacarnya. 
Dua bulan kami awal jadian, belum ada masalah dalam hubunganku dan Mon. Hingga kemudian kami lulus dan bersekolah di sekolah yang sama. Semenjak itu, mulai banyak cerita-cerita tidak mengenakkan soal Mon. Mulai dari dia sms-an dengan banyak cewek dari berbagai kelas, sering telponan sama kakak kelas, hingga terlihat jalan dengan cewek lain. 
Pada awalnya aku menutup mata, telinga, atas kabar tersebut. Aku tetap percaya pada Mon. Hingga akhirnya aku mengetahui sendiri kebenaran berita-berita itu. Aku menemukan Mon dikerubuti banyak sekali cewek saat pulang sekolah dan dengan bahagianya kemudian dia pulang bersama mereka. Aku juga tahu sendiri bagaimana Mon bersikap pada teman-teman ceweknya. 
Keadaan memburuk, apalagi setelah cewek-cewek yang dekat dengan Mon tahu jika Mon berpacaran denganku. 
Setiap aku melewati lorong, tatapan-tatapan sinis dari cewek-cewek yang menyukai Mon terarah padaku seakan mengejekku, bahkan yang kini dekat dengan Mon bernama Yuari selalu tertawa sinis padaku setiap bertemu denganku. 
Aku awalnya hanya diam dan tidak menggubris apapun. Aku mencoba bertahan. Sayangnya kemudian aku tahu, aku hanya bertahan sendirian tanpa ada kekuatan dan alasan apapun, bahkan dari Mon. 
Suatu saat aku berpapasan dengan Mon di tangga. Dia sedang berjalan dengan seorang teman cowoknya. Aku dengan ceria tersenyum padanya dan menyapanya, 

Hei, lihat cewek itu berani menyapamu..” ujar temannya. Aku pikir Mon akan membelaku dan membalas sapaku, tapi kemudian Mon hanya tertawa sinis dan kemudian melenggang pergi, bahkan dia tidak meminta maaf setelah itu. 
Belum cukup, kemudian seorang cewek datang menghina-hinaku. Bodohnya aku hanya diam tanpa bisa berbuat apa-apa. Bahkan Dyah—temanku, sudah melepas pantovelnya dan hampir menggampar cewek tadi saking marahnya, sedangkan aku tak berkutik. Aku tidak ingin putus dari Mon, karena aku sayang pada Mon. Aku berpikir Mon akan berubah. 
Sayangnya tidak. Setelah itu sikap Mon padaku makin dingin. Aku pun muak dan ingin bertanya padanya karena selama ini aku tidak pernah digubrisnya. Suatu pagi aku ingin menemui Mon di kedai depan sekolah di seberang jalan. Pikiranku kosong saat aku menyeberang, jadi kemudian aku ditabrak pengendara sepeda hingga aku terjatuh di tengah jalan. 
Awalnya aku tidak menangis karena rasanya tidak sakit sama sekali. Tapi kemudian aku menangis karena tahu Mon hanya berjalan melewatiku tanpa menolehku sama sekali. :’( 
Aku kemudian sadar. Aku tidak punya alasan lagi untuk bertahan. Mon tidak layak untuk dipertahankan. Dia tidak pernah menghargai usahaku untuk berusaha berada di sampingnya. Dia tidak menghargai usahaku untuk bertahan tetap berada di sisinya. 
Aku memantapkan diri untuk putus dan menjauh dari Mon. Aku tidak sakit hati begitu dia kemudian memutuskanku. Aku justru merasa lega. Aku memberikannya hadiah terakhir yang berupa lukisan potret dirinya. 
Aku kemudian membuang puisi-puisinya yang telah aku hancurkan juga membuang semua diariku yang berisi cerita tentangnya dan semua foto dirinya. 
Aku tahu aku masih sangat menyayanginya dan mungkin akan menerimanya jika dia berubah. Tapi aku sadar, menyatukan dua bagian puzzle yang tidak cocok dengan paksa akan menghancurkan bagian puzzle lain yang telah disusun. Jadi aku bertekad pada diriku sendiri aku akan membuktikan hidupku akan baik-baik saja tanpa dia. 


ambil keputusan yang tepat !

*** 
Sekarang, 6 tahun setelah putus banyak sekali bagian dari hidupku yang berubah. Aku kini kuliah semester 4 di Teknik Informatika, aku menempuh dua kali program akselerasi di SMP dan SMA. Aku punya keluarga yang bahagia, aku punya teman-teman yang menyayangiku, dan tentunya aku punya orang yang aku sukai dan tentunya lagi lebih baik dari Mon, Bear. :) 
Aku baikan dengan Mon 2 tahun lalu, kami masih berteman baik sampai sekarang dan tidak pernah mengungkit masa lalu. Mon baru saja lulus SMA dan punya teman-teman yang menyenangkan. Mon juga punya pacar yang manis bernama Di, yang juga merupakan pacar kesepuluhnya
:) 

" Buat kalian yang sedang patah hati, jangan galau ya. Aku yakin kalian baik-baik saja dan akan menemukan yang jauh lebih baik. Kalian harus buktikan hidup kalian baik-baik saja, bahkan akan lebih baik tanpanya dan bahkan lebih baik dari hidupnya.. "

0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Blogger Candy