Minggu, 27 Mei 2012

MTD, Uyeahh !

Hi, everyone ! 
Alhamdulillah, meski tugas dan project seabrek dan nggak berhenti bikin frustasi aku masih sempet refreshing bareng temen-temen. Aku menghabiskan Sabtu sore hingga malam minggu di MTD bareng Mbak Yuris, Ana, Teguh, dan 'AWe' Winarno. :)
Festivalnya seru sih, tapi capeknya itu lho. Bikin kapok. Pulang-pulang badan pegel, kaki gempor, dan tulang belakang berasa mau patah*oles balsem. ( -___- )” 
*** 
Seperti biasa, setiap tahunnya di Malang selalu diadakan Malang Tempoe Doeloe, Festival Malang Kembali. Festival ini diadakan untuk memunculkan kembali suasana tempoe doeloe di kota Malang. Lokasi MTD berada di Simpang Ijen yang memang masih memiliki nuansa jadul, dimana rumah-rumah gede dan kuno bergaya tempoe doeloe dan sebuah gereja tua masih berdiri di sana. Jajanan yang tersedia di MTD juga jajanan tempoe doeloe yang nggak bisa ditemui di hari-hari biasa. Misalnya saja es gandhul, gulali, tebu, klanting, dan jajanan jadul lain. 





Tahun ini MTD hanya diadakan selama 4 hari, yakni dari tanggal 24-27 Mei 2012, tidak seperti tahun kemarin yang 5 hari atau malah tahun-tahun sebelumnya yang bahkan bisa sampai satu minggu. Alasannya, karena saking banyaknya pengunjung, keamanan, kebersihan, jadi tidak terjaga. Jadi acara yang tadinya seminggu diubah jadi cuman 3-4 hari. :)
Sebenarnya kami sudah mendiskusikan keinginan ke MTD sejak hari Senin malam lalu saat makan ramen rame-rame. Pengennya ke MTD hari Kamis saat pembukaan, tapi sayangnya banyak yang tidak bisa karena di hari Jumat banyak praktikum. Aku sendiri ada acara dari jam 09.30 sampai malam. Jam 09.30 kuliah, jam 13.00 ada wawancara untuk screening komunitas IT, jam 14.30 praktikum, jam 17.00 demo program, dan jam 18.30 praktikum lagi. Sibuk maksimal. 
Kemudian kami rundingan lagi di Facebook dan Twitter, dan akhirnya disepakati bahwa kami pergi ke MTD Sabtu sore. Jadi hari Minggu bisa ngerjakan tugas lagi, dan yang penting tidak mengganggu kegiatan lain. 
Sabtu pagi aku masih harus menghadiri diklat ruang jam 09.00-12.30. Diklat ruang ini merupakan tahap kedua setelah tahap screening. Aku menghadiri diklat ruang bersama Mbak Yuris, Intan, Gopi dan Soni serta Alfa yang memang sudah gabung dengan komunitas ini sejak dua tahun lalu. Acaranya seru dan ngebanyol abis, apalagi di sesi games. Mbak Yuris sampe masuk semifinal segala karena sering kalah dan dapat hukuman nyanyi ‘iwak peyek’ sambil joget di depan anggota baru komunitas dan panitia. :D
Setelah diklat ruang, kami berempat eks. Alfa dan Gopi makan siang di Kopma. Setelah makan Soni dan Intan pulang karena capek, sementara aku, Mbak Yuris dan Gopi ke SC. Mbak Yuris dan Gopi memang ada rapat komunitas Nokia UB. Sementara aku cuman ngenet-ngenet doang di sana. :p
Mereka berdua rapat lumayan lama, hingga akhirnya jam 3 aku sms Ana buat temenin. Gondok banget nungguin rapat yang durasinya hampir dua jam, hanya dengan berteman lappy dan adek tingkat angkatan 2011 yang ramenya naudzubillah dan jadi pengen ngospekin mereka lagi. ( > w < ) 
Jam 4 sore, personil MTD kumpul lengkap. AWe juga udah dateng lengkap dengan baju batiknya persis orang mau kondangan. Teguh yang tadinya ditungguin lama pun trenyata udah nongkrong di depan mading lantai dua. Kami pun berangkat. Gopi nyusul ke TKP, sementara dia mau jemput Tari—ceweknya, dulu. Aku bonceng Ana dan Mbak Yuris bonceng Teguh. AWe sendirian, miris banget kelihatannya. Tapi gemes juga, jadi pengen bikini spanduk gede bertuliskan ‘Forever Alone’ biar dipasang di belakang motornya, hihi. :p
Setelah sempat terjebak macet, jam setengah 5 sore kami tiba di lokasi parkir yang lumayan dekat dari lokasi MTD, sekitar 200 meter. Nggak ada lagi yang paling dekat, soalnya 100 meter dari MTD aja udah penuh sesak dengan orang. 
Setelah memarkir motor, kami jalan rame-rame*iyalah, masa gendong-gendongan ke lokasi MTD. Aku dan Mbak Yuris segera antisipasi keamanan dengan memindah tas ke depan. Bodohnya aku bawa laptop hari ini. Alamat pundak pegel setengah mati karena jalan-jalan harus bawa lappy. Yah, tapi gimana lagi coba, aku kan nggak pulang dari tadi pagi. Males juga mau bolak-balik kampus-kos cuman buat naruh tas aja. Lagipula, kalau nggak ada laptop kan mati gaya di SC tadi. Mau ngapain coba ? Tidur ? Godain adek tingkat ? *eh. Jadilah bela-belain bawa laptop, dan beruntungnya si lappy bisa ikut MTD-an juga hari ini. ( -___- )” 
Kami bertemu dengan banyak orang di MTD. Baru beberapa meter jalan, kami ketemu Mas Ari, kakak tingkat angkatan 2008. Mas Ari lagi jualan, entah jualan apa. Kami nggak mampir, cuman senyam-senyum nggak jelas aja sama si Mas. Nggak lama kemudian, kamu juga ketemu Pak Dosen PCD yang lagi jalan sama ceweknya yang notabene kakak tingkat angkatan 2009. Sempet salting juga pada awalnya, tapi kemudian kami cuman nyengir nggak jelas ke arah Pak Dosen dan pacarnya. Agak nyesel juga ketemu Pak Dosen, niat beli es gandhul jadi batal dan terpaksa kami langsung jalan aja. 
Meski ketemu banyak orang yang menyenangkan, perjalanan awal sdi MTD kurang nyaman. Selain banyak banget orang, sehingga jalan susah dan kudu mega-megap buat bisa nafas, yang paling nggak ngenakin tuh waktu ada delman lewat. Horor banget tau nggak. Tiba-tiba kamu jalan, dan mendadak begitu kamu noleh ke belakang kamu face to face sama kuda. Saking kagetnya, ada pasangan yang asik gandengan tangan harus lari kocar-kacir menyelamatkan diri biar nggak diterjang delman, udah berapa kali Ana juga teriak-teriak ketakutan gara-gara dikagetin kuda. Bahkan yang lucu, ada ibu-ibu asik jalan nggak sadar dia udah hampir dicium sama kuda. ( .___. )” 
Beralih dari masalah perkudaan, kami juga ketemu rombongan Ewik dan langsung asik berdadah-dadah ria sambil senyam-senyum manis dan ceria sebelum jalan lagi. Nggak lama,  kami juga ketemu Mas Anthony, senior di komunitas baru yang kemaren menanganiku saat screening. Mas Anthony lagi ngamen eh nyanyi bareng grupnya, kayaknya anggota choir gitu deh. Karena udah ditungguin lama tapi grupnya nggak nyanyi-nyanyi, kami pun jalan lagi. 
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Ana ketakutan setengah mati dan lari begitu aja. Aku yang notabene tadinya gandengan sama Ana langsung ketarik-tarik dan hampir jatuh terjengkang. Ana takut banget sama ular dan tanpa disadari di seberang jalan ada pertunjukan semacam atraksi untuk berpoto ria bareng ular. Ular yang dijadikan aksesoris foto segede lengan manusia dewasa. Pantesan, gimana Ana nggak ketakutan. ( -___- )” 
Setelah peristiwa menegangkan barusan, kami berhenti buat beli gulali. Tapi aku nggak beli. Kami kemudian berhenti dulu di depan mobil kuno sambil makan gulali. Selain capek dan pengen istirahat, juga sembari menunggu Gopi yang katanya udah sampai di TKP. Di tengah asoy-nya suasana, ada sekumpulan cewek, yang kayaknya masih SMP bikin sebel banget dengan tingkahnya yang menye-menye banget. Pengen nyolok pake stik gulali aja bawaannya. Ana dan Mbak Yuris udah pengen nyakar-nyakar saking sebelnya, untungnya nggak lama kemudian, Gopi dan Tari terlihat di antara kerumunan sebegitu banyaknya orang sehingga kami nggak usah diam di tempat itu lama-lama. 
Kami sampai ujung jalur pertama jam 6. Super sekali. Kami langsung saja ke masjid di kawasan Ijen Nirwana buat shalat maghrib. Eh, nggak nyangka aku ketemu Mas Rizki, sepupuku di sana. Aku nggak shalat dan nunggu Teguh, Ana, Win, dan Gopi bareng Tari dan Mbak Yuris di depan toko. Abis shalat maghrib, kami makan dulu di warung nasi goreng deket situ. Enak banget loh, meski agak nggak pas sama kantong anak kos. Sepiring nasi goreng 7000 ditambah es jeruk 3000, jadi sekali makan 10000. Tapi pedes nasinya pedes cabe alami dan baru dibikin pas mau goreng, bisa request juga pula. Ah, kapan-kapan makan di sana lagi deh. :) 
Abis makan, kami jalan lagi lewat jalur satunya menuju parkiran di ujung dunia sana untuk pulang. Kami sempet kepisah-pisah. Aku tetep bareng Ana dan Mbak Yuris, gandengan tangan. Mesra banget dah pokoknya. Dua orang ini santai banget jalannya, sementara aku pengen nyalip-nyalip orang-orang di depanku saking nggak betahnya. Kemudian kami teralihkan oleh es gandhul yang kayaknya seger banget. Ehehe, alhamdulillah es gandhulnya membawa berkah. Rombongan kembali ketemu setelah tadi terpisah. :p
Lega banget gitu rasanya begitu lewat pintu gerbang, pengen teriak-teriak 'Freedoom !' saking senengnya karena bisa nafas setelah sepanjang jalan tadi cuman megap-megap. Sayangnya, begitu sampai di parkiran, derita belum selesai. Motor susah keluar karena mojok banget tempatnya. Setelah perjuangan keras sampe menahan marah karena dipanggil ibu mulu sama tukang parkirnya, alhamdulillah Ana bisa mengeluarkan motor dari parkiran dan kami bisa pulang. Fiuh. 
Aku sampai di kos, jam 20.30 malam. Capek maksimal. Duduk dulu di halaman depan sambil selonjorin kaki saking payahnya. Setelah itu aku langsung mandi dan keramas lengkap dan pake balsem juga dan langsung tidur. 
Kapok. Nggak lagi deh tahun depan begini.. ~( T ^ T ~)


Berikut dokumentasi dari AWe dan Teguh,












Senin, 07 Mei 2012

Saturday Nite At Lumajang--Meet My 'Old Friend'

Mungkin bener juga kata Mbak Rihanna, ‘We found love in a hopeless place’. Kita bisa menemukan cinta di mana saja, bahkan di tempat tak berpengharapan sekalipun, contohnya saja di warung tahu kikil Lamongan ! Siapa sangka aku bakal ketemu Mon disana ? Super sekali. Mbak Ri bener-bener inspiratif, bravo ! *angkat dua jempol
*** 
Malam minggu ini kuhabiskan di Lumajang dengan jalan-jalan bareng Mama, Ayah, dan adek. Rencananya sih kami mau makan malam tapi bingung mau makan apa. Absurd maksimal. 
Setelah proses diskusi nggak jelas dan ngalor ngidul, akhirnya diputuskanlah kami makan malam di warung tahu kikil Lamongan di depan Gang Wahab dan kemudian 'minum malam' di kedai sop buah yang letaknya bagaikan berada di belahan dunia berbeda dengan warung tahu kikil tadi. Galau, semoga saja ntar nggak keselek waktu makan tahu kikil. Kan repot kalau masih harus pergi ke kedai sop buahnya hanya buat minum.  
Dan berangkatlah kami berempat. Aku bonceng Mama, dan adek bonceng Ayah. Begitu sampai di warung tahu kikil, aku, Mama, dan adek langsung masuk dan duduk manis di dalam untuk menunggu pesanan. Eh, Ayah masih di luar dan belom masuk juga karena ribet sama helmnya, bingung mau nyantolin dimana. ( -___- )” 
Nggak lama, terlihat seorang cowok menghampiri Ayah (warungnya terbuka dan menghadap langsung ke jalan) dan mereka omong- omongan. Aku awalnya sama sekali nggak merhatiin karena sibuk main hape. Eh Mama mendadak gencar towal-towel dan tiba-tiba nyuruh aku menghampiri Ayah. Aku yang nggak tahu apa-apa ha-ah ho-oh aja dan langsung berdiri melaksanakan perintah. Dan begitu aku tahu siapa cowok yang bicara sama Ayah langkahku langsung berhenti. Astaganaga, mimpi apa kok sampe bisa ketemu Mon di sini ? ( 0__0 )"
Aku malu setengah mati dan melangkah mundur, niat mau balik duduk. Tapi Mama malah melototin aku dengan sangar dan nyuruh aku nyapa Mon. Aku pengen bilang nggak, tapi sumpah takut sama tatapan Mama.  Tapi sebel juga liyat tingkah adek yang udah senyam-senyum nggak jelas dan pengen digaplok sambel. 
Akhirnya dengan nekat aku menghampiri Mon, tapi Mon nggak nyadar. Abis ngobrol sama Ayah dia malah langsung ngeloyor pergi. Barulah setelah aku panggil, Mon noleh dan kami ngobrol sebentar. Sayangnya nggak lama kemudian pesanannya datang dan dia pamitan pulang. 
Begitu aku dan Ayah kembali duduk, Mama dan adek godain aku. Apalagi adek yang super rese sampe ngakak-ngakak nggak jelas. Aku udah sebel setengah mati. Untungnya Ayah perhatian dan segera memerintahkan Mama dan adek berhenti menggodaku. 

Udah Ma, nggak usah diomongin lagi. Kasihan Riza—panggilanku dari Mama Ayah” 
Aku bernafas lega, Ayah emang.. 

Eh, Ma cowok tadi..” Ayah menyahut begitu selesai berbicara. 
Lah, kok malah Ayah yang ngomongin lagi ?! ( -___- )”  

Kenapa ?” sahut Mama penasaran. 

Aku sempet bingung tadi. Aku kira dia adalah salah satu muridku. Coba kalo tadi Riza nggak nyapa, aku nggak mungkin tahu kalo dia temennya Riza..” 

… 
( .____. )” 

( .____. )” 

( .____. )” 

Jadi selama diajak bicara tadi Ayah nggak tahu kalo itu Mon ? 
Ayah nggak tahu cowok tadi dulunya dekat sama anaknya ? 
*** 
Suasana mendadak hening. Mama dan adek melongo dan berlomba mengucapkan istighfar kemudian. Aku nyengir jelek. 
Kebiasaan buruk Ayah, kalo disapa sama muridnya nggak bakal inget siapa karena saking banyaknya. Parahnya sampe Mon dikira murid yang pernah diajarnya juga. Haish, jadi khawatir gimana kalo ntar aku punya pacar dan si pacar lagi keluar sendirian dan ketemu Ayah di jalan lalu menyapa Ayah. Nggak lucu kalo Ayah nggak inget sama calon menantu sendiri. Biarlah ini jadi pelajaran. Lain kali Mon harus bawa kartu pengenal kalo mau ketemu Ayah. 
Maap ya Mon, kamu mendadak jadi mantan calon menantu yang tak dianggap. 
( -___- )”

Minggu, 06 Mei 2012

On The Way To Lumajang-Kisah Bus Ajaib

Woohoo ! Finally i’m home ! Alhamdulillah. \( ^ ^ )/ 
Setelah dua minggu lamanya di Malang dan terjebak bersama kuliah-tugas-praktikum-laporan yang tak kunjung kelar, akhirnya Sabtu pagi ini aku bisa pulang kembali ke rumah. Seneng banget bisa pulang. Meski di rumah nggak ada apa-apa, yang penting bisa kumpul bareng keluarga. Kalo udah kumpul gitu bisa lupa segalanya, termasuk tugas juga. Hihi.. :p 
Alhamdulillah, urusan di Malang sebagian sudah terselesaikan dan tugas-tugas bisa diboyong ke rumah dan nggak harus dikerjakan di sana. Laporan beres, tugas beres, proposal E-Commerce lolos dan lanjut ke SRS, laporan PI dan proposal bisa dikerjakan dengan diskusi online. 
Ah~seneng banget. \( ^ ^ )/ 
*** 
Tadi sempet juga dimarahin Mama, karena Mama udah 10 kali missed call mulai jam 5 pagi sedangkan aku baru bangun jam setengah 8 pagi. Padahal aku udah janji berangkat paling siang jam 7 waktu Mama telpon kemarin malam. ( -___- )” 
Mama marah banget dan sempet nggak bolehin aku pulang kalo berangkat kesiangan. Mama khawatir aku kecapekan karena kelamaan di perjalanan. Tapi aku maksa pengen pulang. Jadilah setelah menutup telpon aku langsung ngeloyor ke kamar mandi buat piket sekaligus mandi dan langsung balik lagi ke kamar buat siap-siap. 
Semalam aku baru bisa tidur jam 3 pagi. Maklum, aku galau BDL maksimal karena belom juga dapet sontekan padahal deadline mepet*eh. Aku juga masih harus bersih-bersih kamar dulu dan ngepak biar titipan Mama berupa lampu dinding dan dica nggak ketinggalan. 
Tapi bangun jam setengah 8 itu aja udah keajaiban banget. Biasanya kalo nggak pulang malah baru melek jam 10 pagi. ( .___. )” 
Jam setengah 9 aku udah keluar dari kost dan jam 9.10 udah di terminal. Beruntung busnya ada dan jam 9.15 udah mulai jalan. Perjalanan lancar, nggak macet. Tapi khawatir juga sih, soalnya bawa uang mepet. 15 ribunya aja dapet pinjem dari Lia kemaren malem. ( -___- )” 
Untuk perjalanan Malang-Probolinggo nggak ada gangguan, asoy banget malah meski naik bus umum kelas ekonomi dan bukan patas*uang kagak cukup juga. Herannya, kenapa perjalanan Probolinggo-Lumajang yang cuman satu jam justru mengundang banyak petaka. 
*** 
Gondok banget begitu tahu bus ekonomi asoy tadi cuman jalan sampe terminal Probolinggo. Begitu di terminal Probolinggo, penumpang bus tadi dioper ke bus jurusan Kencong—jalan ke Jember lewat Lumajang Selatan. Bus ke Kencong ini bukan bus patas, melainkan bus ekonomi mini, dimana kalian nggak bakal nemu sopir berpakaian rapi dan pake kemeja dan celana kain kaya sopir bus patas, malah sopir pake kaos kumal, celana olahraga dan sandal jepit, lengkap dengan handuk nangkring di bahunya, rokok di tangannya, dan kemampuan ajaib dimana kalo sedang marah bisa menyebutkan seisi kebun binatang. Sopir yang menjiwai banget dah pokoknya ! 
Bukan cuman sopir yang khas, suasana khas juga bisa ditemukan di bus mini ini. Begitu masuk dan menginjakkan kaki, panas mesin udah kerasa di lantai bus dan berasa nembus sandal kita. Belom-belom aku udah keringetan karena kena panas mesin. ( -___- )” 
Nggak lama busa berangkat. Subhanallah banget bus satu ini. sampe bikin aku megap-megap saking penuhnya. Brutal banget dah, bus udah penuh tapi tetep aja maksa masukin penumpang. Bahkan ketika bangku penumpang abis, dan bahkan udah banyak yang berdiri, mereka malah menyediakan kursi lipat buat ditaruh di jalur tengah yang notabene buat jalan ! Believe it or not ! Saking nggak percayanya, aku bengong sampe mangap-mangap. 
Beruntung di tengah situasi yang ajaib tersebut, aku duduk bareng ibu-ibu paruh baya yang cantik, wangi, dan bersih. Ibu tersebut juga ramah dan murah senyum. Yah, jadi semacam air freshner gitu lah. 
Ibu tersebut rupanya kepanasan juga, sesekali diusapnya dahinya yang sudah penuh keringat segede biji jagung dengan tisu*iyalah, masa pinjem handuk pak sopir ?. Sayangnya pak kenek sama sekali nggak ada yang pengertian dengan sikon bus yang makin mirip sauna ini. Lagi-lagi bus berhenti, subhanallah. Beberapa orang naik dan memenuhi bagian depan bus. Sumpah pengen nangis darah rasanya. Aku harus mantengin punggung bapak-bapak yang sama sekali nggak keren, mana punggungnya keringetan dan baunya apek pula kaya kasur basah nggak dijemur. \( T ^ T )/ 
Belum cukup dengan bau apek, mendadak bau ikan asin semerbak ke seluruh penjuru bus. Aku merutuki dengan kesal dalam hati orang yang nekat bawa ikan asin naik bus dan tega mencemari udara. 
Sejenak aku merasa jadi penumpang paling merana, dalam bus itu, eh ternyata ibu sebelahku jauh lebih menderita. Istri bapak-punggung-kasur-basah tadi berdiri memunggungi ibu sebelahku dengan super asoy seenak punggung dan cuek beibeh tanpa menyadari bahwa tangan ibu sebelahku tergencet bodinya. Parahnya lagi istri bapak-punggung-kasur-basah tadi nggak nyadar kalo muka ibu sebelahku bukan face to face sama punggungnya, tapi justru sama keteknya ! Buahahahaha ! \( ^ v ^ ) 
Karena hal itu, kontan saja ibu-ibu sebelahku ngomel dengan kalap dalam bahasa Madura. 

Bu, gimana sih ini ? Ketek ibu nyodok-nyodok muka saya ! Masa saya harus disodorin burket ibu sampe nanti saya nyampe tujuan ?!” 

Ibu sebelahku ngedumel sambil mendorong-dorong tangan istri bapak-punggung-kasur-basah. Istri bapak tadi bukannya marah malah menjawab dengan kalem sambil cengengesan menunjukkan giginya yang kuning-kuning. Sumpah, tambah pengen ketawa gulung-gulung rasanya. \( ^ ȏ ^ ) 
Aku menahan tawa melihat adegan super ajaib di sebelahku. Tanpa aku sadari sebelumnya, pak kenek yang berdiri di depan bapak-punggung-kasur-basah tadi nyengir jelek ke arahku sambil mengangkat-angkat alisnya ganjen. Aku pura-pura nggak liyat sambil terus bersikap cool. Padahal udah keluar keringet dingin dan komat-kamit baca istighfar. 
Nggak lama bus sampai di terminal. Aku langsung kabur aja. Begitu di luar aku bisa bernapas lega. Kapok deh naik bus ajaib model begini lagi. Fiuh.

 

Template by Blogger Candy