Semalam aku maen-maen dulu ke kost Ana setelah makan mie setan
rame-rame. Disana aku cerita-cerita banyak sama Ana. Dia cerita soal her ex’s.
Mendengar ceritanya, entah kenapa aku kemudian teringat dengan ceritaku dengan
Mon, entah kenapa aku seperti mendengar diriku sendiri bercerita padaku. Nggak,
aku nggak akan menceritakan masalah Ana dan her ex’s disini. Aku akan cerita
ceritaku dengan Mon aja. :)
***
Pada awalnya aku merasa sangat bahagia menjadi pacar Mon. aku
pacar pertamanya, dan dia juga pacar pertamaku. Lebih lagi dia adalah cinta
pertamaku dan aku mengenalnya sejak 6 tahun sebelum kami jadian dan kami juga
telah bersama sejak itu.
Mon adalah cowok paling keren di sekolah saat itu. Mon sangat
tampan, baik hati, pintar, dan tentunya memiliki banyak penggemar. Aku bingung
kenapa Mon memilihku sebagai pacarnya, tapi yang kutahu banyak sekali
cewek-cewek yang menyukai Mon tidak menyukaiku karena Mon menjadikanku
pacarnya.
Dua bulan kami awal jadian, belum ada masalah dalam hubunganku dan
Mon. Hingga kemudian kami lulus dan bersekolah di sekolah yang sama. Semenjak
itu, mulai banyak cerita-cerita tidak mengenakkan soal Mon. Mulai dari dia
sms-an dengan banyak cewek dari berbagai kelas, sering telponan sama kakak
kelas, hingga terlihat jalan dengan cewek lain.
Pada awalnya aku menutup mata, telinga, atas kabar tersebut. Aku
tetap percaya pada Mon. Hingga akhirnya aku mengetahui sendiri kebenaran
berita-berita itu. Aku menemukan Mon dikerubuti banyak sekali cewek saat pulang
sekolah dan dengan bahagianya kemudian dia pulang bersama mereka. Aku juga tahu
sendiri bagaimana Mon bersikap pada teman-teman ceweknya.
Keadaan memburuk, apalagi setelah cewek-cewek yang dekat dengan
Mon tahu jika Mon berpacaran denganku.
Setiap aku melewati lorong, tatapan-tatapan sinis dari cewek-cewek
yang menyukai Mon terarah padaku seakan mengejekku, bahkan yang kini dekat
dengan Mon bernama Yuari selalu tertawa sinis padaku setiap bertemu
denganku.
Aku awalnya hanya diam dan tidak menggubris apapun. Aku mencoba
bertahan. Sayangnya kemudian aku tahu, aku hanya bertahan sendirian tanpa ada
kekuatan dan alasan apapun, bahkan dari Mon.
Suatu saat aku berpapasan dengan Mon di tangga. Dia sedang
berjalan dengan seorang teman cowoknya. Aku dengan ceria tersenyum padanya dan
menyapanya,
“Hei, lihat cewek itu berani menyapamu..” ujar temannya. Aku pikir
Mon akan membelaku dan membalas sapaku, tapi kemudian Mon hanya tertawa sinis dan
kemudian melenggang pergi, bahkan dia tidak meminta maaf setelah itu.
Belum cukup, kemudian seorang cewek datang menghina-hinaku.
Bodohnya aku hanya diam tanpa bisa berbuat apa-apa. Bahkan Dyah—temanku, sudah
melepas pantovelnya dan hampir menggampar cewek tadi saking marahnya, sedangkan
aku tak berkutik. Aku tidak ingin putus dari Mon, karena aku sayang pada Mon.
Aku berpikir Mon akan berubah.
Sayangnya tidak. Setelah itu sikap Mon padaku makin dingin. Aku
pun muak dan ingin bertanya padanya karena selama ini aku tidak pernah
digubrisnya. Suatu pagi aku ingin menemui Mon di kedai depan sekolah di
seberang jalan. Pikiranku kosong saat aku menyeberang, jadi kemudian aku
ditabrak pengendara sepeda hingga aku terjatuh di tengah jalan.
Awalnya aku tidak menangis karena rasanya tidak sakit sama sekali.
Tapi kemudian aku menangis karena tahu Mon hanya berjalan melewatiku tanpa
menolehku sama sekali. :’(
Aku kemudian sadar. Aku tidak punya alasan lagi untuk bertahan.
Mon tidak layak untuk dipertahankan. Dia tidak pernah menghargai usahaku untuk
berusaha berada di sampingnya. Dia tidak menghargai usahaku untuk bertahan
tetap berada di sisinya.
Aku memantapkan diri untuk putus dan menjauh dari Mon. Aku tidak
sakit hati begitu dia kemudian memutuskanku. Aku justru merasa lega. Aku
memberikannya hadiah terakhir yang berupa lukisan potret dirinya.
Aku kemudian membuang puisi-puisinya yang telah aku hancurkan juga
membuang semua diariku yang berisi cerita tentangnya dan semua foto
dirinya.
Aku tahu aku masih sangat menyayanginya dan mungkin akan
menerimanya jika dia berubah. Tapi aku sadar, menyatukan dua bagian puzzle yang
tidak cocok dengan paksa akan menghancurkan bagian puzzle lain yang telah
disusun. Jadi aku bertekad pada diriku sendiri aku akan membuktikan hidupku
akan baik-baik saja tanpa dia.
ambil keputusan yang tepat !
***
Sekarang, 6 tahun setelah putus banyak sekali bagian dari hidupku
yang berubah. Aku kini kuliah semester 4 di Teknik Informatika, aku menempuh
dua kali program akselerasi di SMP dan SMA. Aku punya keluarga yang bahagia,
aku punya teman-teman yang menyayangiku, dan tentunya aku punya orang yang aku
sukai dan tentunya lagi lebih baik dari Mon, Bear. :)
Aku baikan dengan Mon 2 tahun lalu, kami masih berteman baik
sampai sekarang dan tidak pernah mengungkit masa lalu. Mon baru saja lulus SMA
dan punya teman-teman yang menyenangkan. Mon juga punya pacar yang manis
bernama Di, yang juga merupakan pacar kesepuluhnya.
:)
" Buat kalian yang sedang patah hati, jangan galau ya. Aku yakin kalian baik-baik saja dan akan menemukan yang jauh lebih baik. Kalian harus buktikan hidup kalian baik-baik saja, bahkan akan lebih baik tanpanya dan bahkan lebih baik dari hidupnya.. "
0 komentar:
Posting Komentar